Media Nusantara || LUMAJANG , - Di balik tenda-tenda pengungsian dan sisa kepanikan erupsi Gunung Semeru, ada pemandangan yang menghangat...
Media Nusantara || LUMAJANG, - Di balik tenda-tenda pengungsian dan sisa kepanikan erupsi Gunung Semeru, ada pemandangan yang menghangatkan hati. Tawa anak-anak kembali terdengar di halaman SD Negeri 4 Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. Sebanyak 30 anak pengungsi yang sebelumnya menunjukkan kecemasan pascabencana kini tampak lebih ceria setelah mengikuti kegiatan trauma healing yang digelar Polres Lumajang bekerja sama dengan Universitas Brawijaya Malang.
Kegiatan yang dipimpin langsung Kapolres Lumajang, AKBP Alex Sandy Siregar, seakan menjadi udara segar bagi anak-anak yang beberapa hari ini harus tidur tanpa kepastian dan bermain dalam ketakutan. Para Polwan Polres Lumajang turut hadir, bukan sebagai aparat, melainkan sebagai sosok kakak dan teman bermain bagi anak-anak.
Mereka mengajak anak-anak bernyanyi, bermain tebak-tebakan, hingga mengikuti permainan edukatif yang memancing tawa lepas. Setiap senyum yang muncul, setiap teriakan bahagia, seolah menghapus sedikit demi sedikit trauma yang ditinggalkan oleh dentuman Semeru.
Tak hanya bermain, anak-anak juga mendapatkan snack dan hadiah kecil. Tampak sederhana, namun bagi para pengungsi cilik yang baru saja melewati hari paling menegangkan dalam hidup mereka, perhatian itu terasa begitu besar.
“Kegiatan ini merupakan upaya konkret Polri, khususnya Polres Lumajang, untuk memberikan dukungan kepada masyarakat terdampak bencana. Anak-anak menjadi prioritas karena mereka adalah kelompok yang paling rentan secara psikologis dan membutuhkan perhatian khusus,” ujar AKBP Alex Sandy Siregar, kepada media ini, Jumat (21/11/2025).
Menurutnya, upaya pemulihan tidak berhenti di sini. Polwan Polres Lumajang bersama tim psikolog dari Universitas Brawijaya Malang akan terus menggelar trauma healing secara berkelanjutan di dua titik pengungsian aktif, yakni SDN 4 Supiturang dan SDN 2 Supiturang.
“Kami berharap kegiatan ini dapat membantu anak-anak melupakan rasa takut maupun pengalaman menyedihkan akibat erupsi. Kami ingin mereka kembali aktif, ceria, dan dalam kondisi psikologis yang stabil,” tambahnya.
AKBP Alex Sandy juga menegaskan komitmen pihaknya untuk mendampingi para pengungsi hingga kondisi benar-benar pulih, bukan hanya secara fisik tetapi juga mental.
“Insya Allah kami akan terus hadir untuk anak-anak dan seluruh pengungsi, memberikan pendampingan hingga mereka benar-benar pulih,” tegasnya.
Di antara keramaian tawa, seorang anak perempuan berkerudung merah tampak paling bersemangat bernyanyi. Namanya Nadia, usia 8 tahun. Senyumnya tak pernah hilang sepanjang kegiatan berlangsung.
“Aku senang diajak main sama Bu Polisi. Tadi nyanyi, terus dapat snack juga. Jadi nggak takut lagi,” ucapnya polos, sambil memeluk snack yang baru ia terima.
Ungkapan singkat Nadia menjadi bukti bahwa pemulihan bukan hanya soal logistik dan pembangunan. Ada satu hal yang sama pentingnya memulihkan senyum anak-anak.
Dengan kehadiran Polres Lumajang, universitas, relawan, dan dukungan berbagai pihak lainnya, diharapkan pemulihan psikologis anak-anak korban erupsi Semeru dapat berjalan lebih cepat. Karena ketika anak-anak mulai tersenyum kembali, itu tandanya harapan juga mulai tumbuh lagi.
Penulis :Redaksi
Penulis :Redaksi
Baca juga:
"Berita Terbaru Lainnya"
"Berita Terbaru Lainnya"


COMMENTS